ARTIKEL 18 - Inilah kisahku, jadikan ini pelajaran buat yang sudah berumah tangga.
Awalnya kami cuma saling like status namun lama kelamaan beralih saling komen dan berkirim pesan. Dalam pesan-pesan yang singkat kami pun saling rinci keadaan. Meski dia tahu aku istri dan ibu dari seorang anak yang berusia 4 tahun, dia tetap manis menanggapinya.
Dari situ kami teruskan dengan mengirim pesan dengan saling bertukar pin BB, kirim-kirim foto dan berujung pada janjian ketemuan. Aku benar-benar khilaf dan terbuai suasana, jujur saja dia memang lebih ganteng dari suamiku dan tak segan-segan memberikan hadiah untuk anakku berupa sepatu, seragam sekolah, baju olah raga dan tas mahal. Bayanganku untuk membeli itu semua dia rela mengambil uang dari ATMnya. Aku senang, terharu dan perasaan bercampur aduk saat itu.
Hari-hari berikutnya di komen salah satu status FB aku mulai sedikit nakal dan genit kepadanya, beralih di inbok aku merasa senang dan terhibur dengan kata-kata nakalnya. Mulailah setan merayap di benakku, aku dengan sengaja memberikan foto telanjang dada kepadanya sesuai permintaanya.
Malam-malam yang terlewat penuh dengan bunga-bunga bangkai bertebaran. Invite BB, FB dan mention twitter begitu berani, vulgar dan menantang birahiku.
Aku nggak menyangka bahwa masih ada perjaka yang tertarik padaku, apalagi di profilnya kalau dia tercatat sebagai salah satu mahasiswa perguruan tinggi di surabaya. Minggu itu di pertemuan kedua, tanpa pikir panjang kami langsung check in di hotel daerah jakarta. Selama sebulan dia berada di jakarta dan itu membuat kami sering bertemu, hingga sampai pertemuan kami yang ke delapan.
Dan 4 bulan tlah berlalu, aku merasa biasa saja. Setelah tes ternyata aku hamil dan tak ayal kedua orang tuaku bingung dan mempermasalahkan hal ini. Pasalnya, sudah setahun suamiku tidak di rumah dan bekerja di perusahaan tambang emas daerah irian jaya. Dan sudah tentu aku tidak di sentuh suamiku selama setahun pula tapi aku tetap bilang pada mereka, bahwa ini adalah janin dari suamiku. Akan tetapi, kedua orang tuaku tetap menuduhku telah selingkuh.
Dua hari kemudian, orang tuaku menelefon suamiku dan menyuruhnya segera pulang, karena ada hal penting yang mau di bicarakan. Setelah suamiku sampai di rumah, langsung saja ibuku berkata keras " menantuku, cepat kamu ceraikan dia. Aku lebih baik kehilangan satu anak perempuanku daripada aku kehilangan menantu dan cucu sebaik kamu!!!!! " Ibu menudingku dengan mata yang berkaca-kaca. Pergilah kemana saja yang kau mau. Sekarang juga!!!!! dan jangan lagi kau tampakkan wajah hinamu di depanku dan keluargaku lagi."
Aku pergi dari rumah itu dengan uraian air mata, aku menoleh kepada suamiku dan dia hanya diam dan tak berkata apapun hanya meneteskan air mata, tak pernah ku lihat suamiku sesedih itu. Ku lihat anakku yang semakin menangis histeris melihat kepergianku. Bahkan untuk memeluk anakkupun tak di perbolehkan.
Aku beranikan diri mencari laki-laki itu dan meminta pertanggung jawabannya. Meski FB dan BBnya sudah tak aktif lagi. Kucoba mencarinya di kampus tempat kuliahnya, di bagian KABAG Kemahasiswaan kucari namanya tapi tak tercatat disana. Lalu, ku tunjukkan fotonya dan lagi-lagi tidak ada di temui wajah itu. Aku lemas seketika, dan pasrah dengan keadaan. Kandunganku sudah semakin membesar dan kini berusia 7 bulan, uangku pun mulai menipis. Aku tak tahu tujuanku, dan nasib akan membawaku. Benar-benar FB dan BB telah merobek keutuhan rumah tanggaku. Aku menyesal....!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar